Contoh Proposal Riset Hubungan Internasional Universitas Indonesia (2)

Berikut ini adalah contoh sederhana lainnya untuk proposal riset atau penelitian Pascasarjana (S2) Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia. Semoga membantu!

PROPOSAL PENELITIAN PROGRAM STUDI PASCASARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS INDONESIA 2018 

Oleh : Indra Pujianto (1806164861)

Judul :
Peran dan Efektivitas Non-Governmental Organization (NGO) dalam Membantu Mengatasi Masalah Kelaparan dan Kekeringan di Afrika : Studi Kasus Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam Program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika Tahun 2017

Latar Belakang :
Di era globalisasi ini, hubungan diplomasi atau kerja sama antar negara semakin meningkat. Setiap negara menjalin kerja sama dengan satu dan lainnya untuk menyelesaikan masalah – masalah dunia yang semakin kompleks. Namun, negara bukanlah satu – satunya aktor yang berperan dalam mengatasi permasalahan yang ada di dunia internasional. Hal ini seirama dengan apa yang dikemukakan olah seorang ahli dari India yang bernama J. C. Johari yang mengatakan bahwa hubungan internasional merupakan sebuah studi tentang interaksi yang berlangsung diantara negara – negara berdaulat dan studi tentang pelaku – pelaku non-negara (non-state actors) yang prilakunya memiliki dampak terhadap tugas – tugas negara. Non-state actor atau aktor non-negara juga memiliki peran yang penting dalam menangani masalah dunia yang semakin berkembang. Dan salah satu aktor non-negara adalah Non-Governmental Organization (NGO).

Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah sebuah Non-Governmental Organization (NGO) di Indonesia yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan. ACT secara resmi berdiri pada tanggal 21 April 2005 dan memulai aktivitasnya dari kegiatan tanggap darurat, pemulihan pasca bencana, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta program berbasis spiritual seperti Qurban, Zakat dan Wakaf. Sejak tahun 2012, ACT mentransformasi dirinya menjadi sebuah lembaga kemanusiaan global dengan jangkauan aktivitas yang lebih luas dari sebelumnya. Pada skala global, ACT telah berperan aktif dalam membantu menangani masalah – masalah kemanusiaan di dunia seperti bencana alam, kelaparan dan kekeringan, konflik dan peperangan, hingga penindasan terhadap kelompok minoritas di dunia. ACT memiliki visi untuk menjadi lembaga kemanusiaan global yang profesional, berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global, dan mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik.

Di tahun 2017, Afrika kembali mengalami krisis kelaparan dan kekeringan dimana sebelumnya juga pernah terjadi di tahun 2011. Akibat dari hal ini, setidaknya terdapat 260.000 warga di Afrika meninggal dunia karena kelaparan. Negara di Afrika yang mengalami krisis pangan ini adalah Somalia, Sudan Selatan, Yaman dan Nigeria. PBB telah melaporkan bahwa lebih dari 20 juta jiwa beresiko menghadapi kematian karena keadaan ini. Sebagai lembaga yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan, ACT turut berperan aktif dalam memberikan bantuan kepada negara – negara tersebut dalam bentuk bahan pokok beras.

Program ACT dalam membantu mengatasi masalah kelaparan dan kekeringan di Afrika ini dinamakan Kapal Kemanusiaan untuk Afrika. Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan dan bagaimana efektivitas ACT sebagai NGO yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan dalam program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika di tahun 2017, penelitian ini perlu dilakukan.

Rumusan Masalah :
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apa sajakah peran Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam membantu mengatasi masalah kelaparan dan kekeringan di Afrika melalui program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika tahun 2017 ?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam membantu mengatasi masalah kelaparan dan kekeringan di Afrika melalui program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika tahun 2017 ?
3. Bagaimana efektivitas program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika tahun 2017 oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam membantu mengatasi masalah kelaparan dan kekeringan di Afrika ?

Tujuan Penelitian :
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam membantu mengatasi masalah kelaparan dan kekeringan di Afrika melalui program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika tahun 2017.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam membantu mengatasi masalah kelaparan dan kekeringan di Afrika melalui program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika tahun 2017.
3. Untuk mengetahui tingkat keefektifan program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika tahun 2017 oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam membantu mengatasi masalah kelaparan dan kekeringan di Afrika.

Metode Penelitian:
Tipe penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis yaitu penelitian yang menggunakan pola penggambaran keadaan fakta empiris disertai argumen yang relevan. Tipe penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai bagaimana keadaan masalah kelaparan dan kekeringan yang terjadi di Afrika dan apa saja yang dilakukan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam membantu mengatasi masalah kelaparan dan kekeringan di Afrika melalui program Kapal Kemanusiaan untuk Afrika tahun 2017.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah kajian pustaka (libraray research) yaitu dengan cara mengumpulkan data – data dari berbagai sumber literatur dan melakukan wawancara dengan narasumber dari pihak Aksi Cepat Tanggap (ACT). Dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan narasumber. Dan data sekunder adalah data – data yang berasal dari sumber buku, makalah, jurnal dan website.

Contoh Proposal Riset Hubungan Internasional Universitas Indonesia (1)

Halooo!

Jika teman-teman dinyatakan sudah lolos SIMAK UI, dan menjadi mahasiswa baru pascasarjana (S2) Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, biasanya teman-teman akan diminta untuk membuat proposal penelitian.

Berikut ini merupakan contoh sederhana dari Proposal Riset atau Penelitian Ilmu Hubungan Internasional yang bisa teman-teman pelajari.

PROPOSAL PENELITIAN PROGRAM STUDI PASCASARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS INDONESIA 2018

Oleh : Indra Pujianto (1806164861)

Topik Penelitian :
Topik yang akan diangkat dalam rencana tesis ini ini adalah “Peran dan Efektivitas UNDP (United Nations Development Programme) Indonesia Dalam Mewujudkan SDGs (Sustainable Dvelopment Goals) Tujuan 4 : Pendidikan Berkualitas di Indonesia Periode 2016 – 2018”.

Latar Belakang Penelitian :
Pada September 2015, PBB melalui UNDP (United Nations Development Programme) telah merumuskan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau yang dikenal dengan SDGs (Sustainable Dvelopment Goals). SDGs berisi 17 tujuan yang akan dicapai hingga tahun 2030. Sebagai badan yang merumuskan SDGs, UNDP berusaha untuk mengakomodasi setiap negara dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dan salah satu dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan itu adalah Tujuan 4 : Pendidikan Berkualitas.

Isu pendidikan masih menjadi sorotan utama Indonesia. Hal ini dikarenakan karena belum meratanya pendidikan di Indonesia. Dalam mencapai tujuan pendidikan berkualitas, UNDP bekerja sama dengan pemerintah, lembaga, NGO dan juga komunitas. Dan untuk mengetahui peran dan upaya serta efektivitas UNDP (United Nations Development Programme) Indonesia Dalam Mewujudkan SDGs (Sustainable Dvelopment Goals) Tujuan 4 : Pendidikan Berkualitas di Indonesia Periode 2016 – 2018, penelitian ini perlu dilakukan.

Rumusan Masalah :
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa peran UNDP (United Nations Development Programme) Indonesia Dalam Mewujudkan SDGs (Sustainable Dvelopment Goals) Tujuan 4 : Pendidikan Berkualitas di Indonesia Periode 2016 – 2018 ?

2. Bagaimana efektivitas UNDP (United Nations Development Programme) Indonesia Dalam Mewujudkan SDGs (Sustainable Dvelopment Goals) Tujuan 4 : Pendidikan Berkualitas di Indonesia Periode 2016 – 2018 ?

Tujuan Penelitian :
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peran UNDP (United Nations Development Programme) Indonesia Dalam Mewujudkan SDGs (Sustainable Dvelopment Goals) Tujuan 4 : Pendidikan Berkualitas di Indonesia Periode 2016 – 2018.
2. Untuk mengetahui efektivitas UNDP (United Nations Development Programme) Indonesia Dalam Mewujudkan SDGs (Sustainable Dvelopment Goals) Tujuan 4 : Pendidikan Berkualitas di Indonesia Periode 2016 – 2018.

Contoh Essay Hubungan Internasional : Kebijakan Luar Negeri Indonesia

Indonesian Aid Sebagai Single Agency Diplomasi Kemanusiaan, Ekonomi dan Politik Indonesia Mulai Tahun 2019
Oleh :
Indra Pujianto (1806164861)
Pascasarjana Hubungan Internasional, Universitas Indonesia

Dalam memenuhi kepentingan nasional di luar wilayah negara, suatu negara harus menjalankan sebuah rancangan yang telah ditetapkan yang disebut dengan kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri merupakan suatu ketetapan yang berisi tujuan – tujuan negara yang diimplementasikan dalam sebuah instrumen yang disebut dengan istilah politik luar negeri. Menurut Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, kebijakan luar negeri dapat diartikan sebagai sikap serta langkah pemerintah Republik Indonesia yang diambil dalam menjalankan hubungan dengan negara lain yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah internasional dan mencapai tujuan nasional (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 23 Februari 2016). Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam menjalankan kebijakan luar negerinya, Indonesia akan terus berhubungan dengan negara – negara lain untuk mencapai tujuan – tujuan nasional.

Hal ini sudah tercermin sejak dahulu dalam prinsip politik luar negeri Indonesia yang dikenal dengan istilah “bebas dan aktif”. Menurut Mohammad Hatta, yang pada saat itu sedang mengemban amanat sebagai Wakil Presiden Indonesia, “bebas” diartikan bahwa Indonesia tidak berada dalam kedua blok dan menentukan jalan sendiri untuk mengatasi masalah internasional dan “aktif” berarti turut serta dalam upaya menciptakan perdamaian internasional (Mohammad Hatta, 1976). Upaya Indonesia dalam ikut aktif dalam mewujudkan perdamaian internasional telah dibuktikan dengan menjaga hubungan baik dengan negara – negara lain di dunia dan menginisiasi institusi maupun kerjasama yang berfokus pada perwujudan perdamaian dunia seperti Gerakan Non-Blok, Konferensi Asia Afrika, dan lain sebagainya.

Fokus dan bentuk politik luar negeri Indonesia juga merupakan suatu hal yang dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan dari pemimpin negara. Sebagai contohnya, Indonesia telah merasakan perubahan bentuk politik luar negeri yang cukup signifikan dari era kepemimpinan Presiden Soekarno yang anti imperialisme dan kolonialisme ke kepemimpinan Presiden Soeharto yang cenderung berorientasi pada negara barat (Franklin B. Weinstein, 2007). Begitu pula hingga masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo saat ini, karakteristik dan fokus politik luar negeri Indonesia mengalami perubahan yang juga disebabkan oleh keadaan dan perkembangan dunia. Karakteristik dari politik Presiden Joko Widodo adalah berfokus pada masalah dalam negeri yang dikenal dengan istilah Politik Pro-Rakyat dan Politik Membumi. Dan dalam menjalankan politik luar negerinya, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia akan fokus pada penguatan hubungan dengan negara – negara lain di dunia melalui diplomasi (Asep Setiawan dan Endang Sulastri, 2017).

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia telah merilis delapan sasaran strategis utama yang akan dicapai pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo periode 2015 – 2019. Delapan sasaran strategis utama tersebut adalah: (1) Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat; (2) Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat; (3) Peran Indonesia di dunia internasional yang meningkat; (4) Diplomasi ekonomi yang kuat; (5) Pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI dan diaspora yang prima; (6) Kebijakan luar negeri yang berkualitas; (7) Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional; (8) Monitoring hasil diplomasi yang efektif (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 23 Februari 2016). Pada esai ini, penulis akan menitikberatkan pada pembahasan mengenai peran Indonesia di dunia internasional yang meningkat melalui diplomasi.

Pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, penulis menilai bahwa peran Indonesia di dunia internasional sudah semakin besar dan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan Indonesia di dunia internasional terutama dalam upaya perwujudan perdamaian internasional melalui diplomasi kemanusiaan Indonesia. Dan ini diperkuat oleh pernyataan Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral, Febrian A. Rudyard, bahwa diplomasi kemanusiaan Indonesia adalah salah satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 27 Maret 2018). Sebagai contoh nyatanya, Indonesia telah menjalankan diplomasi kemanusiaan melalui bantuan luar negeri untuk mengatasi masalah internasional seperti tragedi kemanusiaan di Rakhine State, konflik Palestina – Israel, dan masalah kekeringan dan kelaparan di beberapa negara di Benua Afrika.

Keterlibatan Indonesia yang semakin aktif dalam upaya mengatasi masalah global telah memunculkan sebuah agenda untuk menjadi sebuah negara donor. Pada tanggal 9 Januari 2018, melalui pidato tahunannya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan sebuah konsep bahwa Indonesia tidak lagi menjadi negara yang meminta bantuan tetapi menjadi negara yang siap memberikan bantuan (Dewi Santi dalam Rappler, 21 Januari 2018). Hal ini diperkuat dengan rencana untuk membentuk suatu badan Single Agency untuk kepengurusan bantuan luar negeri Indonesia yang disebut dengan Indonesian Aid. Sebenarnya, rencana pembentukan Indonesian Aid sudah ada sejak 2010, tetapi hingga sekarang belum berhasil terbentuk. Indonesian Aid ditargetkan akan sudah aktif dan beroperasi pada tahun 2019 mendatang.

Sebelumnya, pengelolaan bantuan internasional Indonesia dapat dikatakan kurang teorganisir karena belum menggunakan sistem satu pintu. Hal ini didukung oleh pernyataan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Cecep Herawan yang mengatakan bahwa sampai saat ini pengelolaan bantuan luar negeri Indonesia masih terpecah ke beberapa lembaga sehingga menyulitkan dalam proses koordinasi dan pendataan (Viva News, 17 Januari 2018). Dengan adanya Indonesian Aid nanti, diharapkan pengelolaan bantuan internasional Indonesia akan menjadi lebih mudah, cepat, jelas dan terorganisir. Selain itu, jika kita melihat negara lain yang telah dewasa dalam mengelola bantuan luar negerinya, seperti Amerika Serikat dengan USAID dan Australia dengan Australian Aid, lembaga pengelolaan satu pintu juga dapat membantu negara dalam menjalankan diplomasi negara dan mencapai kepentingan nasionalnya.

Begitu juga dengan Indonesian Aid nantinya, Indonesia akan lebih mudah dalam menjalankan fungsi diplomasi untuk mempererat hubungan dengan negara – negara lain di dunia. Penulis melihat bahwa Indonesian Aid tidak akan hanya mendukung Indonesia dalam menjalankan fungsi diplomasi kemanusiaan saja, tetapi juga fungsi diplomasi ekonomi dan diplomasi politik. Dalam menjalankan fungsi diplomasi kemanusiaan, Indonesian Aid akan menjadi pintu utama untuk mengelola bantuan luar negeri Indonesia dalam mengatasi masalah – masalah internasional seperti kekeringan, kelaparan, kemanusiaan dan bencana alam. Untuk fungsi diplomasi ekonomi, Indonesian Aid akan membantu mengamankan investasi Indonesia sebagai negara donor yang menanamkan sahamnya di negara yang menerima bantuan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Cecep Herawan, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri. Ia mengatakan bahwa bentuk bantuan bisa saja berkembang menjadi hibah dalam bentuk barang dan jasa dan juga pinjaman (IDN Times, 20 Januari 2018). Dan yang terakhir, Indonesian Aid juga akan berperan dalam mendukung Indonesia dalam proses diplomasi politik. Dalam menjalankan fungsi diplomasi politik, Indonesian Aid akan meningkatkan image Indonesia sebagai negara pendonor dan mempererat hubungan dengan negara penerima donor. Hal ini juga sejalan dengan salah satu dari delapan sasaran strategis utama Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia periode 2015 -2019, yaitu peningkatan peran Indonesia di dunia internasional.

Dari pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa politik luar negeri pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo berfokus pada penguatan peran Indonesia di dunia Internasional melalui diplomasi. Indonesian Aid Single Agency, sebagai bentuk kebijakan luar negeri Indonesia untuk mengelola bantuan internasional Indonesia, memiliki tiga fungsi yaitu fungsi diplomasi kemanusiaan, diplomasi ekonomi dan diplomasi politik.

Daftar Pustaka
Hatta, Mohammad. (1976). Mendayung Antara Dua Karang. Jakarta: Bulan Bintang.
IDN Times. (20 Januari 2018). Indonesia Alokasikan Bantuan Luar Negeri Rp1 Triliun, untuk Apa Saja Sih?. Dalam https://www.idntimes.com/news/indonesia/vannyrahman/
indonesia-alokasikan-bantuan-luar-negeri-rp1-triliun-untuk-apa-saja-sih/full.
Diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 21:00 WIB.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (23 Februari 2016). Sasaran Strategis
Kementerian Luar Negeri. Dalam https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/landasan-visimisi-polugri/Pages/Sasaran-Strategis-Kementerian-Luar-Negeri.aspx. Diakses pada
tanggal 28 November 2018 pukul 21:00 WIB.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (27 Maret 2018). Diplomasi Kemanusiaan:
Kontribusi Indonesia untuk Perdamaian Global. Dalam https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Diplomasi-Kemanusiaan-Kontribusi-
Indonesian-untuk-Perdamaian-Global.aspx. Diakses pada tanggal 28 November 2018
pukul 21:00 WIB.
Santi, Dewi. (21 Januari 2018). Aktif Berikan Bantuan, Indonesia Tak Lagi Jadi Negara
Tangan di Bawah. Dalam https://www.rappler.com/indonesia/berita/194184-indonesiaaktif-beri-bantuan-negara-tangan-atas. Diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 21:00 WIB.
Setiawan, Asep & Sulastri, Endang. (2017). People-Oriented Indonesia’s Foreign Policy in
Support of Protecting Citizen. The 1st International Conference on Social Sciences.
Viva News. (17 Januari 2018). Kemlu: Semua Bantuan Internasional Harus lewat Indonesian Aid. Dalam https://www.viva.co.id/berita/dunia/997873-kemlu-semua-bantuaninternasional-harus-lewat-indonesia-aid. Diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 21:00 WIB.
Weinsteim, B. Franklin. (2007). Indonesian Foreign Policy and The Dilemma of Dependence from Sukarno to Soeharto. Jakarta: Equinox Publishing.

S2 Hubungan Internasional Universitas Indonesia

Gak kebayang kalau akhirnya gw bisa menaklukan ujian SIMAK UI untuk jenjang pascasarja! 

2018 was my brand new year!

Dari jaman gw SMA, gw pengen banget bisa lanjut kuliah di Universitas Indonesia. Kesempatan demi kesempatan gw coba, dari SNMPTN Undangan, SNMPTN Tertulis, sampe SIMAK UI. Dari ketiga-tiga nya gak ada yang lolos. Tapi Alhamdulillah gw masih dikasih kesempatan untuk lanjut kuliah S1 di Sastra Inggris Universitas Diponegoro, Semarang.

Saat itu, gw lulus dari UNDIP bulan Agustus 2015. Keinginan gw buat lanjut kuliah masih ada. Gw gak muluk-muluk sih, tiap ada kesempatan beasiswa atau pendaftaran S2 di dalam maupun luar negeri gw coba. Gw sempet gagal berkali-kali kok, dari proses lanjut kuliah S2 di Jepang, beasiswa dalam negeri, sampe beasiswa luar negeri (Turkiye), semuanya gagal. Mungkin emang belum saatnya gw dapetin itu.  Akhirnya gw memutuskan untuk kerja dulu.

Setelah kerja sekitar setahun, gw memutuskan untuk resign dari kerjaan dan melanjutkan kuliah di jenjang pascasarjana. Gw masih pengen bisa lanjut kuliah di UI saat itu. Ketika gw denger ada pembukaan SIMAK S2 UI, gw langsung coba kesempatan ini. Awalnya gw gak begitu pede saat ngerjain soal tesnya, karena emg soal SIMAK UI terkenal lebih susah dibandingkan tes masuk universitas yang lain.

Gw memilih untuk melanjutkan pendidikan di jurusan Hubungan Internasional di UI. Sebelumnya gw agak ragu dan takut karena ini lintas jurusan dari background S1 gw di UNDIP. Banyak yang bilang kalau nanti kuliahnya bakalan susah kalo lintas jurusan. Tapi gw coba aja, soalnya gw juga pengen banget punya kesempatan kerja di lingkungan internasional gitu kyk NGO dan PBB.

Dan, gw gak nyangka gw bisa lolos. Allah ngasih kesempatan ke gw untuk lanjut kuliah di S2 / Pascasarjana Hubungan Internasional, Universitas Indonesia. Mungkin ini jawaban dari doa gw dulu saat gw pengen lanjut S1 di UI. Gw sadar bahwa waktu itu gw harus bersabar dan lebih banyak belajar lagi. Dan akhirnya doa gw terkabul.

Agustus 2018, gw resmi memakai Jakun (Jaket Kuning) dan lanjut di S2 Hubungan Internasional, Universitas Indonesia. Alhamdulillah. Gw jarang banget nulis di blog. Dan sekarang gw udah di semester akhir dan siap untuk ngerjain tesis gw.

Kalau ada yang mw tanya-tanya apapun yang berkaitan dengan S2 Hubungan Internasional UI, bisa itu tentang perkuliahannya, dosennya penjurusannya, tugas”nya, feel free aja ya! Siapa tau gw bisa bantu.  Cheers!

Dia

Aku selalu berharap dan berdoa semoga perjalananku bersamanya masih panjang. Dari saat ini, aku sudah menjalani hampir 10 bulan dengannya. Dia adalah wanita yang tangguh sekaligus rapuh.

Tangguh dalam arti dia menanggung beban yang berat di pundaknya sebagai penggerak ekonomi keluarganya. Ia adalah wanita pekerja keras. Ia telah menjalani banyak perjalanan yang gak mudah semasa hidupnya.

Rapuh, ia memiliki emosi yang tidak stabil. Sangat jarang menangis, tapi saat pertama kali dia mengatakan “dia membenci dirinya”, disitulah aku benar-benar terpukul dan sedih. Lingkaran pertemanannya tidak luas, tapi dia mempunyai orang” terdekat yang terbaik yang selalu ada untuknya, support system yang baik.

Pertama kali bertemu dengannya, aku melihatnya sebagai wanita yang aktif dan ceria. Tak kusangka aku cukup bisa membuatnya nyaman saat berbagi cerita. Ada persamaan pikiran dan ada juga perbedaan pendapat yang kurasa itu biasa ditemui. Tapi, disaat itulah aku kagum dan jatuh cinta.

Aku adalah tipe orang yang mudah untuk suka dengan seseorang namun ketika aku memutuskan untuk jatuh cinta, maka aku hanya tertuju pada satu orang. Hubungan kami sederhana. Aku menyatakan aku suka dan jatuh cinta padanya tapi tidak pernah menyatakan “maukah kamu jadi pacarku”.

Semua berjalan cepat dan apa adanya. Sepanjang proses saling memahami, gak hanya sedikit pertengkaran yang terjadi yang dimana menurutku itu normal dan itu adalah proses serta progres. Aku semakin jatuh cinta dan hanya tertuju padanya.

Dia juga wanita yang suka menuntut, menuntut agar aku menjadi individu yang lebih baik lagi. Misalnya seperti, aku harus kurus, selalu berpenampilan rapih, olahraga, jaga pola makan, dll.

Aku paham, dia menuntut bukan berarti dia tidak mencintaiku apa adanya, tapi jika bisa menjadi lebih baik, aku juga setuju bahwa itu adalah suatu yang harus diusahakan dan diwujudkan. Terkadang upayaku masih belum maksimal, tapi aku selalu ingin dia tahu bahwa aku terus berusaha.

Pernah sakit karena cinta? Itu pasti ada kalanya. Tapi, tetap yang ingin aku lakukan adalah memberikan yang terbaik untuknya. Kalau orang bilang, kita perlu tahu rasa sakit supaya kita mengerti apa arti bahagia.

Aku benar-benar menyayanginya.

 

 

Muhammad Yunus

muhammadyunus

Bapak Microfinance, Muhammad Yunus

Muhammad Yunus adalah salah satu tokoh idola saya. Beliau adalah seorang yang telah berhasil membawa perubahan pada dunia. Beliau juga adalah bapak penemu konsep “Microcredit” dan “Microfinance”.

Muhammad Yunus lahir di Chittagong, Bangladesh pada tanggal 28 Juni 1940. Beliau adalah seorang entrepreneur sekaligus seorang pemimpin aktivis sosial. Mungkin dulu belum banyak yang mengenalnya, namun namanya semakin didengar oleh dunia saat ia menciptakan sebuah solusi bagi masyarakatnya yang dinamakan “Grameen Bank” di tahun 1983. Tujuan dari Grameen Bank adalah mengurangi angka kemiskinan di Bangladesh dengan cara memberikan pinjaman modal kepada para pengusaha yang miskin dan terutama para wanita miskin. Ia percaya bahwa orang yang paling miskin sekalipun dapat bangkit untuk mengangkat derajatnya jika ia mau berusaha.

Grameen Bank yang ia ciptakan membawanya meraih hadiah nobel perdamaian pada 13 Oktober 2006. Muhammad Yunus telah menerima beberapa penghargaan nasional dan internasional lainnya. Ia menerima Amerika Serikat Presidential Medal of Freedom pada tahun 2009 dan Medali Emas Kongres pada tahun 2010. Sebelumnya, pada tahun 2008, ia masuk di ranking nomor dua di majalah Foreign Policy untuk daftar ‘Top 100 Pemikir Dunia’.

Pada tahun 2011, Yunus bersama-sama dengan Saskia Bruysten, Sophie Eisenmann dan Hans Reitz mendirikan Yunus Sosial Bisnis – Global Initiatives (YSB). YSB memberdayakan bisnis sosial untuk mengatasi dan memcahkan masalah masalah sosial di dunia. YSB bekerja dengan cara mengelola dana inkubator bisnis sosial di negara negara berkembang dan memberikan saran kepada perusahaan-perusahaan, pemerintah, yayasan dan NGO.

Muhammad Yunus pernah menjadi dosen Ekonomi di Chittagong University di Bangladesh. Di tahun 2012, Ia dipercaya untuk menjadi Rektor Glasgow Caledonian University di Skotlandia. Ia juga telah menulis buku buku yang berkaitan dengan ekonomi dan pekerjaannya.

Singkat Cerita Mengenai Lahirnya Grameen Bank

Pada tahun 1974, bencana kelaparan melanda Bangladesh. Banyak sekali orang – orang miskin, kelparan dan lemah terlihat di sudut kota kota negara Bangladesh. Melihat keadaan yang sangat memprihatinkan ini, Muhammad Yunus mengambil tindakan langsung untuk membantu orang orang di miskin di negaranya. Ia juga mengajak mahasiswa dan anak – anak muda di negaranya untuk membantu dan peduli terhadap masyarakat yang tertimpa bencana kelaparan dan kemiskinan ini.

Ia memulai percobaannya di sebuah desa yang dekat dengan universitasnya, yaitu Desa Jobra. Ia mencoba observasi dan mencoba mengaplikasikan sistem bagi hasil kepada para petani dan pemilik lahan. Awalnya ia merasakan sulit untuk membuat mereka saling percaya. Pada akhirnya percobaannya berhasil meskipun ia sempat merugi. Padi padi pun berhasil tumbuh di lahan pertanian . Namun, ia kembali berpikir melihat keadaan para pekerja perempuan yang bertugas mengirik gabah dari batangnya. Mereka hanya mendapatkan sedikit sekali uang dari bertani, sementara itu pemilik tanah semakin kaya.

Di tahun 1976, Ia bertemu dengan seorang pengrajin bangku di Desa Jobra yang keadaannya sangat memprihatinkan. Pengrajin tersebut meminjam uang dari rentenir untuk membuat bangku yang akan dijualnya kembali. Dari setiap bangku yang ia jual, setelah mengembalikan uang yang ia pinjam dari rentenir, ia hanya mendapatkan laba bersih senilai 2 sen dollar. Hal ini membuat Muhammad Yunus paham bahwa kebanyakan orang orang miskin di negaranya adalah pengusaha kecil yang sangat sulit mendapatkan pinjaman kredit sebagai modal usaha mereka.

Muhammad Yunus melakukan observasi dan menemukan  42 orang yang terlibat hutang dengan rentenir yang jumlahnya 27 dollar. Lalu, ia meminjamkan pinjaman 27 dollar yang ia ambil dari kantungnya sendiri untuk membayar 27 dollar ini kepada para rentenir. Dan 42 orang yang terlibat hutang dengan rentenir tersebut merasa sangat senang karena sudah dibantu terlepas dari hutang. Dari pengalaman ini, Muhammad Yunus mendapatkan ide untuk membentuk suatu bank yang dapat memberikan pinjaman kredit kepada orang – orang miskin sebagai modal usaha mereka. Idenya tersebut dinamakan “Grameen Bank”.

Lalu, Muhammad Yunus mencoba untuk meminta kepada bank yang berada dekat kampusnya untuk memberikan pinjaman kepada orang – orang miskin. Namun, Ia ditolak karena bank tersebut beranggapan bahwa orang – orang miskin tidak layak untuk diberikan pinjaman, selain itu orang – orang miskin juga tidak memiliki penjamin untuk melakukan pinjaman.

Pada tahun 1983, Grameen Bank berdiri dan membantu banyak orang – orang miskin di sekitarnya. Muhammad Yunus dibantu oleh para mahasiswa – mahasiswi nya dalam menggerakkan Grameen Bank. Para mahasiswa dan mahasiswinya pun dengan senang hati menjadi sukarela untuk membantu para orang – orang miskin yang ingin berusaha untuk menggapai kehidupan yang lebih baik.

Grameen Bank bekerja dengan memberikan pinjaman kredit kepada nasabahnya dan menerima pengembalian pinjaman dengan cicilan uang yang sangat sedikit jumlahnya untuk tidak memberikan para nasabah. Selain itu, Grameen Bank juga mendorong para nasabahnya untuk menabung dengan jumlah 5 persen dari total pinjaman yang suatu saat dapat digunakan untuk membantu mereka di kala sulit. Dengan persyaratan yang mudah, banyak orang – orang miskin yang menjadi nasabahnya dan meminjam uang untuk modal usahanya. Sulit dipercaya, sebagian besar dan hampir semua nasabahnya mengembalikan pinjaman dengan tepat waktu dan tanpa kesulitan.

Tujuan bank konvensional umumnya adalah memaksimalkan profit, sedangkan Grameen Bank memberikan bantuan pinjaman uang kepada kaum miskin, khususnya kaum perempuan dan duafa untuk membantu mereka melawan kemiskinan dan menggapai kehidupan yang lebih baik, namun tetap menguntungkan. Sebagai gambaran, disaat Pemerintah Bangladesh menggulirkan program kredit mikro dengan suku bunga tetap 11% flat, Grameen Bank suku bunga 0% (nol persen) untuk para pengemis, 5% bagi kredit pendidikan, 8% bagi kredit perumahan dan 20% bagi kredit untuk usaha dan semuanya dihitung dengan metode saldo menurun.

Grameen Bank mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mulai membuka cabang di setiap desa di Bangladesh. Pada tahun 1990 an, Grameen Bank terbukti tidak hanya menjawab dan mengatasi masalah kemiskinan yang ada di Bangladesh, tetapi juga meninggalkan angka kemiskinan jauh di belakang dan memajukan perekonomian Bangladesh.

Saya tutup tulisan saya dengan beberapa quote dari Muhammad Yunus 

“All human beings are born entrepreneurs. Some get a chance to unleash that capacity. Some never got the chance, never knew that he or she has that capacity.” – Muhammad Yunus

“In my experience, poor people are the world’s greatest entrepreneurs. Every day, they must innovate in order to survive. They remain poor because they do not have the opportunities to turn their creativity into sustainable income.” – Muhammad Yunus

“People should wake up in the morning and say “I am not a job seeker, I am a job-creator.”” – Muhammad Yunus

 

Kembali Menulis……

Hari ini, tanggal 19 Februari 2017.

Saya kembali menulis lagi setelah sekian lama tidak menulis blog. Sebenernya sih karena waktu itu setahun yang lalu saya sudah diterima kerja dan fokus kerja jadinya aktivitas menulis di blog terhenti. Yah, karena sekarang saya sudah free jadi bisa memulai menulis blog lagi. Yeaaaaahhh !

Okay, kali ini saya lagi ada project pribadi sih. Saya ingin mencoba membuat karya tulis yang bisa dinikmati oleh banyak orang khususnya pemuda karena karya saya ini nantinya akan saya kasih judul “Pikirkan Kembali, Pemuda !”. Hm… simple sih, cuma mw share mengenai pengalaman dan renungan renungan yang mungkin sebagian besar pemuda memikirkan dan mengalami hal hal tersebut. Di blog ini sih saya akan coba untuk menyampaikannya satu per satu. Semoga aja sih bisa kesampaian jadi suatu karya nantinya. Aamiin

So, let’s write !

Apa itu publikasi ilmiah dan bagaimana publikasi ilmiah di negara kita ?

Informasi mengenai publikasi karya ilmiah :

Publikasi Ilmiah merupakan wadah bagi para dosen dan mahasiswa untuk menyampaikan gagasan ilmiah hasil penelitian dan kajian akademik lainnya, dapat berupa artikel baik turunan dari skripsi, tesis, atau disertasi, maupun hasil telahaan yang diperentasikan dalam kegiatan seminar. Dalam publikasi ilmiah ini ada tiga jenis karya ilmiah yang dapat ditampilkan, yaitu berupa prosiding, jurnal, dan antologi.

Jurnal Ilmiah merupakan media yang disediakan oleh lembaga untuk memfasilitasi pemuatan artikel ilmiah dosen. Artikel yang dimuat di jurnal ini dapat digunakan untuk kebutuhan fungsional dosen sebagai tenaga edukatif.

Prosiding merupakan kumpulan artikel ilmiah yang merupakan hasil telaah ilmiah yang telah dipresentasikan dalam kegiatan seminar dan sejenisnya baik pada skala regional, nasional, maupun internasional.

Antologi adalah kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang (KBBI Online). Antologi ini dapat berisi artikel yang hanya memuat artikel karya mahasiswa dan atau kolaborasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi. Pengesahan artikel antologi dilakukan melalui proses pembimbingan khusus mahasiswa penulis skripsi dengan dosen pembimbing hingga artikel tersebut layak dan sesuai dengan sistematika jurnal ilmiah.

Sumber : http://fpbs.upi.edu/publikasi-ilmiah

Publikasi karya ilmiah merupakan salah satu elemen penting dalam Tri Dharma pendidikan tinggi. Publikasi ilmiah juga merupakan syarat kelulusan dari Program Sarjana, Magister dan Doktor (Surat edaran DIRJEN DIKTI Nomor 152/E/T/2012 tanggal 27 Januari 2012).  Sampai kuarter pertama tahun 2015 jumlah publikasi internasional dari para peneliti Indonesia masih relatif sangat rendah jika dibandingkan negara-negara di dunia, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN sekalipun.

Di kesempatan berikutnya, saya akan coba membahas pentingnya publikasi dan pengalaman riset/penelitian dalam meyakinkan profesor tujuan untuk mendapatkan LOA ke pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi yaitu s2 dan s3.

ciao !

Skripsi vs Non-Skripsi

Skripsi vs Non-Skripsi

skripsiPilih skripsi atau non skripsi?
Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang membingungkan dan biasa menghantui mahasiswa semester 7. Di semester 7, para mahasiswa akan dihadapkan dengan pilihan mengambil jalur skripsi (Tugas Akhir) atau nonskripsi sebagai final choice mereka menuju kelulusan.

Yak, sejak dahulu skripsi sudah menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Sebenarnya bukan proses penyusunan skripsinya yang menakutkan, tapi dosen pembimbingnya, hehe. Karena terkadang mahasiswa harus merasakan betapa sakitnya di PHP sama dosbing (dosen pembimbing), menunggu dosbing yang tak kunjung tiba, mengejar ngejar dosbing, dapet dosbing yang super sibuk sampe skripsi nya terus stuck aja di bab itu, atau bahkan merasakan gimana rasanya dapet dosbing yang killer yang skripsinya salah dikit diminta ganti judul. Bisa dikatakan cepat kelarnya suatu skripsi itu berbanding lurus dengan keseriusan mahasiswa dan tipe dosen pembimbing.

Mungkin dulu belum ada jalur non skripsi sehingga setiap mahasiswa harus menyusun skripsi sebagai syarat kelulusan. But wait, sekarang ini sudah ada jalur yang namanya non skripsi. Dan beberapa perguruan tinggi telah membuka program sarjana non skripsi. Jadi, mahasiswa tidak lagi diwajibkan untuk membuat skripsi dulu baru bisa lulus. Lalu, kalau gak buat skripsi, mahasiswa yang ambil jalur non skripsi ngapain dong ? Langsung lulus gitu aja ?

Nah untuk menjawab pertanyaan itu, sebenarnya kembali merujuk ke kebijakan jurusan,fakultas dan universitas masing” sih, karena beda universitas beda kebijakan non skripsinya. Untuk kasus ini, saya mengambil contoh di jurusan saya, yaitu Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Diponegoro. Di Sastra Inggris Undip, di akhir semester 7, mahasiswa dihadapi pilihan jalur skripsi dan non skripsi. Dan memang ada persyaratan untuk bisa mengambil skripsi. Karena angkatan saya masih memakai kurikulum yang lama, jadi syarat untuk bebas memilih skripsi atau nonskripsi adalah yang IPK nya minimal 3,25 dan nilai mata kuliah Seminar on Pre-Thesisnya A, B, atau C. Yang berarti otomatis yang nilainya D tidak bisa mengambil skripsi dan harus mengambil nonskripsi atau mengulang matakuliah yang sama tahun depan baru jika dapat A,B atau C baru bisa mengambil skripsi (Yang nilai E sudah pasti mengulang). Dan untuk sekarang ini syaratnya berubah karena kurikulum baru menjadi yang dpt memilih skripsi atau non skripsi adalah yang IPK nya minimal 3,3 dan selain itu harus ambil nonskripsi. Yang memilih jalur skripsi, maka ia wajib untuk menyusun skripsi sebagai syarat kelulusan. Dan yang mengambil nonskripsi, maka ia dibebankan 3 matakuliah tambahan dan harus membuat book review , report atau extended essay.

Mungkin ada yg berfikir bahwa kurang greget kalo kuliah gak ambil skripsi ? Atau skripsi itu ribet dan lama, dan karena ingin cepat lulus dan kerja sehingga mengambil jalur non skripsi ?
Lamanya pengerjaan skripsi belum tentu lebih lama dari non skripsi, dan nonskripsi juga belum tentu lulusnya lebih cepat dibanding yang skripsi. Semuanya itu dipengaruhi oleh usaha dan keadaan masing”. Jalur skripsi bukanlah superior dan non skripsi juga bukanlah inferior. Pilihan untuk memilih skripsi atau nonskripsi tetap berada di tangan individu masing”. Dengan membuat skripsi, mahasiswa akan memiliki pengetahuan dalam menulis karya ilmiah/skripsi dan pengalaman dalam penelitian. Dan Non skripsi mungkin lebih difokuskan untuk mahasiswa yang ingin langsung meniti karir setelah lulus kuliah.

Apakah kalau saya ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S2 saya harus punya skripsi ? Apakah lulusan non skripsi tidak bisa lanjut kuliah ke jenjang S2 ?
Jawaban : Semuanya bisa ! Di dalam negeri, semuanya bisa !
FYI nih, untuk melanjutkan S2 di luar negeri, kebanyakan universitas mensyaratkan pendaftarnya memiliki publication yang mencakup karya ilmiah,jurnal, paper penelitian dan skripsi. Karya non skripsi berupa book review,report maupun extended essay semuanya jg bisa menjadi publikasi. Tetapi pengalaman dalam pembuatan penelitian dan pengetahuan dalam menulis laporan penelitian beserta susunannya mungkin lebih dirasakan di jalur skripsi. Jadi, pengalaman membuat skripsi akan membantu kamu banget nantinya di jenjang yg lebih tinggi. Apalagi kalau mendaftar S2 dengan master by research melakukan penelitian, membuat laporan dan punya publikasi itu mutlak. Dan siapa bilang jalur non skripsi tidak bisa melanjutkan s2 di luar negeri ? Tetep bisa kok, melalui s2 dengan master by coursework. (Penjelasan detail mengenai S2, master by coursework, master by research akan dibahas di kesempatan berikutnya)

So, pilihlah yang sesuai kebutuhan kamu !
Semoga bermanfaat ya !